TINJAUAN TEORI
TUMBUH KEMBANG
BALITA
1.
PENGERTIAN ANAK BALITA
Anak Balita sebagai masa emas atau "golden
age" yaitu insan manusia yang berusia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun
2003), meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang
usia 0-8 tahun.
Kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang
sedang dilalui oleh anak tersebut.
Secara psikologis, rentang usia tersebut
dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal
kanak-kanak. Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang
mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena tekanan budaya dan harapan untuk
menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor
sosial, yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang
harus dilampaui anak dari lingkungannya.
Pada setiap tahap perkembangan, terdapat
beberapa aspek fisik dan psikologis yang terjadi, misalnya pada masa bayi
secara umum menunjukkan bahwa anak sangat tergantung pada orang dewasa,
sedangkan saat anak memasuki awal masa kanak-kanak, ketergantungan mulai
berkurang dan ada harapan serta perlakuan tertentu dari kelompok sosial serta
mulai tumbuh kemandirian, yang akan berakhir saat anak mulai masuk sekolah
dasar. Perkembangan pada setiap aspek memiliki tingkat dan kecepatan yang
berbeda-beda baik, tergantung dari faktor individu maupun lingkungan yang
menstimulirnya. Seluruh perkembangan ini akan dilampaui anak dan setiap aspek
perkembangannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama
lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka tumbuh
kembang anak serta kemampuan mereka dapat diidentifikasi lebih awal, yang
selanjutnya dapat dikembangkan. Berbekal pemahaman tentang perkembangan anak
balita maka orang tua atau orang dewasa lainnya dapat mengetahui titik
terpenting untuk pengembangannya, dengan menitik beratkan pada masa belajar
anak. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan anak balita tersebut perlu
diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosio-emosional, bahasa, komunikasi
yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi.
2. PERKEMBANGAN ANAK BALITA
A.
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak
berkolerasi dengan pertumbuhan dan mempunyai pola yang tetap dan berlangsung
secara berurutan. Dalam rangka merangsang tumbuh kembang anak secara optimal
maka pengembangannya harus dilakukan secara menyeluruh terhadap semua aspek
kemampuan yang sesuai dengan pembagian kelompok umur.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran
dan jumlah sel serta jaringan interselular. Berarti bertambahnya ukuran fisik
dan struktur tubuh sebagain atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan
satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisai dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan
dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.
B.
Ciri Perkembangan Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai
beberapa ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1) Perkembangkan
menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
2) Pertumbuhan dan
perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati
satu tahap perkembangan sebelum ia mengalami tahapan sebelumnya. Contoh:
seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri, dan tidak akan
bisa berdiri jika pertumbuhan kai dan bagian tubuh lain yang terkait dengan
fungsi berdiri anak terlambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa
kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan
berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat,
perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain.
5) Perkembangan mempunyai
pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
a) Perkembangan terjadi
lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah anggota tubuh
b) Perkembangan terjadi
lebih dahulu pada kemampuan gerak kasar diikuti kemampuan gerak halus.
6) Perkembangan memiliki
tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak memiliki
pola yang teraturndan berurutan, dan tahapan tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dan sebagainya.
C.
Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
Sebelum mamahami tentang periode dan
aspek perkembangan yang berlangsung pada anak balita, maka penting dipahami
beberapa prinsip tentang stimulai tumbuh kembang. Stimulasi tumbuh kembang pada
anak balita merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh
kembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak
dilakukan oleh orang tua, yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti
ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan orang dewasa lainnya.
Kurangnya sti,ulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan
gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi
terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak motorik halus, kemampuan
bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang
anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yakni
1) Stimulasi dilakukan
dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2) Selalu tujukkan sikap
dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang
terdekat dengan anak.
3) Berikan stimulasi
sesuai dengan kelompok umur anak.
4) Lakukan stimulasi
dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi menyenangkan, tanpa
paksaan dan tidak ada hukuman.
5) Lakukan stimulasi
secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap 4 (empat) aspek
kemampuan dasar anak.
6) Gunakan alat bantu
atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
7) Berikan kesempatan
yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8) Berikan selalu pujian
bila perlu hadiah atas keberhasilannya.
D.
Periode dan Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur
dan Aspek Kemampuan
Perkembangan kemampuan dasar anak-anak
berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar mempunyain pola
yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Oleh karenanya stimulasi yang
diberikan kepada anak balita dalam rangka merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat dilakukan sesuai dengan pembagian kelompok umur anak berikut
ini:
No.
|
Periode Tumbuh Kembang
|
Kelompok Umur
|
1.
|
Masa
prenatal, janin dalam kandungan
|
Masa
Prenatal
|
2.
|
Masa bayi
|
Umur 0-12
bulan
|
3.
|
Masa anak
balita
|
Umur 12-60
bulan (2-5 tahun)
|
4.
|
Masa pra
sekolah
|
Umur 60-72
bulan (5-6 tahun)
|
1.
Kemampuan Bayi (0 –12 bulan)
Pada masa bayi baru lahir (0 sampai 28
hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah serta mulainya berfungsi organ-organ. Setelah 29 hari sampai dengan 11
bulan, terjadi proses pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan yang
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem
syaraf.
Kemampuan yang dimiliki bayi meliputi;
a) Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik merupakan sekumpulan
kemampuan untuk menggunakan dan mengontrol gerakan tubuh, baik gerakan kasar
maupun gerakan halus. Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian
tubuh secara harmonis dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan yang
menunjang motorik halus. Motorik halus merupakan keterampilan yang menyatu
antara otot halus dan panca indera. Kemampuan motorik selalu memerlukan
koordinasi bagian-bagian tubuh, sehingga latihan untuk aspek motorik ini perlu
perhatian.
Kemampuan motorik pada bayi berdasarkan usia yakni:
Usia
|
Motorik
kasar
|
Motorik
halus
|
0-3 bulan
|
·
mengangkat
kepala,
·
guling-guling,
·
menahan
kepala tetap tegak,
|
·
melihat,
meraih dan menendang mainan gantung,
·
memperhatikan
benda bergerak,
·
melihat
benda-benda kecil,
·
memegang
benda,
·
meraba dan
merasakan bentuk permukaan,
|
3-6 bulan
|
·
menyangga
berat,
·
mengembangkan
kontrol kepala.
·
Duduk.
|
·
memegang
benda dengan kuat,
·
Memegang
benda dengan kedua tangan,
·
makan
sendiri,
·
mengambil
benda-benda kecil.
|
6-9 bulan
|
·
merangkak
·
menarik ke
posisi berdiri
·
berjalan
berpegangan
·
berjalan
dengan bantuan.
|
·
Memasukkan
benda kedalam wadah,
·
Bermain 'genderang'
·
Memegang
alat tulis dan mencoret-coret
·
Bermain
mainan yang mengapung di air
·
Membuat
bunyi-bunyian.
·
Menyembunyikan
dan mencari mainan
|
9-12 bulan
|
·
bermain
bola
·
membungkuk
·
berjalan
sendiri
·
naik
tangga.
|
·
Menyusun
balok/kotak
·
Menggambar
·
Bermain di
dapur.
|
b) Kemampuan Bicara dan
Bahasa
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat
antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam
mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi masih dalam bentuk pra
bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat dan
ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering muncul
senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar .
Ekspresi emosi adalah bahasa pertama
sebelum bayi berbicara, sebagai cara untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang
tua atau orang lain. Bayi akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara,
sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi bayi
menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi bayi, yang
mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua
lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira,
santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan
cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang
dewasa mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi
bayi cenderung buruk. Kemampuan bicara pada bayi sebenarnya ada hubungannya
dengan perkembangan otak, terutama pada saat bayi menangkap kata-kata yang
diucapkan dan menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Pada saat bayi
berjalan, berbicara, tersenyum dan mengerutkan dahi, sebenarnya tengah
berlangsung perubahan dalam otak. Meski keterkaitan sel-sel syaraf (neuron)
yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan sangat mempengaruhi pada
perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi mengerti dan memahami
sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas dengan melihat serta
memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki kemampuan untuk memberi
perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap suatu konsep melalui gerakan
sudah lebih berkembang. Oleh karenanya untuk mengoptimalkan kemampuan otaknya
maka bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda
sekelilingnya sambil terus mengajak berbicara.
Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa bayi sbb:
Usia
|
Kemampuan
Bicara dan Bahasa
|
0-3 bulan
|
·
prabicara,
·
meniru
suara-suara,
·
mengenali
berbagai suara.
|
3-6 bulan
|
·
mencari
sumber suara,
·
menirukan
kata-kata..
|
6-9 bulan
|
·
menyebutkan
nama gambar di buku majalah,
·
menunjuk
dan menyebutkan nama gambar-gambar.
|
9-12 bulan
|
·
menirukan
kata-kata
·
berbicara
dengan boneka
·
bersenandung
dan bernyanyi.
|
c) Kemampuan Sosialisasi
dan Kemandirian
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian
dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa bayi diawali di dalam keluarga,
dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik antara bayi dan pengasuh
atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua akan memberi kerangka
pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting bagi bayi karena
keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang. Kemampuan bayi untuk
bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai dibentuk, yang diperoleh
dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh
perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang akhirnya akan mempengaruhi
cara penyesuaian pribadi dan sosialnya dikemudian hari. Kemampuan sosialisasi
dan kemandirian pada masa bayi sbb:
Usia
|
Kemampuan
Sosialisasi dan Kemandirian
|
0-3 bulan
|
·
memberi
rasa aman dan kasih sayang,
·
mengajak
bayi tersenyum,
·
mengajak
bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya,
·
meniru
ocehan dan mimik muka bayi,
·
mengayun bayi,
·
menina
bobokan.
|
3-6 bulan
|
·
bermain
"ciluk ba',
·
melihat
dirinya di kaca,
·
berusaha
meraih mainan.
|
6-9 bulan
|
·
mulai
bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain.
·
Mulai
melambaikan tangan jika ditinggal pergi.
·
Mulai
membalas lambaian tangan orang lain.
|
9-12 bulan
|
·
Minum
sendiri dari sebuah cangkir,
·
Makan
bersama-sama
·
Menarik
mainan yang letaknya agak jauh.
|
2.
Kemampuan Anak di Bawah Usia Lima Tahun (12 – 59
bulan)
Pada masa ini kecepatan pertumbuhan
mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan
gerak halus) serta fungsi eksresi/pembuangan. Periode penting dalam tumbuh
kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf
dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan
sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,
mengenal huruf hingga bersosialisasi.
a) Kemampuan
Motorik
Masa ini disebut sebagai masa sangat
aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat aktivitasnya dan
perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan
motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih tepat pada saat
berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak bersama
dibawah koordinasi yang lebih baik daripada mata.
Dengan demikian masa ini disebut juga
sebagai masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa
ingin tahu yang cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan
seringnya pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk
mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki anak sbb;
Usia
|
Gerak
Kasar
|
Gerak
Halus
|
12-15
bulan
|
·
Berjalan
tanpa pegangan sambil menarik mainan yang bersuara,
·
Berjalan
mundur,
·
Berjalan
naik dan turun tangga,
·
Berjalan
sambil berjinjit
·
Menangkap
dan melempar bola
|
·
Bermainan
balok dan menyusun balok.
·
Memasukkan
dan mengeluarkan benda kedalam wadah.
·
Memasukkan
benda yang satu ke benda lainnya.
|
15-18
bulan
|
·
Bermain di
luar rumah.
·
Bermain
air
·
Menendang
bola.
|
·
Meniup ,
·
Membuat
untaian.
|
18-24
bulan
|
·
Melompat,
·
Melatih
keseimbangan tubuh,
·
Mendorong
mainan dengan kaki.
|
·
Mengenal
berbagai ukuran dan bentuk,
·
Bermain
puzzle,
·
Menggambar
wajah atau bentuk,
·
Membuat
berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan.
|
24-36
bulan
|
·
Latihan
menghadapi rintangan,
·
Melompat
jauh,
·
Melempar
dan menangkap bola besar.
|
·
Membuat
gambar tempelan,
·
Memilih
dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya,
·
Mencocokan
gambar dan benda,
·
Konsep
jumlah,
·
Bermain/menyusun
balok-balok.
|
36-48
bulan
|
·
Menangkap
bola kecil dan melemparkan kembali.
·
Berjalan
mengikuti garis lurus,
·
Melompat
dengan satu kaki,
·
Melempar
benda-benda kecil ke atas,
·
Menirukan
binatang berjalan,
·
Berjalan
jinjit secara bergantian.
|
·
Memotong
dengan menggunakan gunting,
·
Menempel
guntingan gambar sesuai dengan cerita.
·
Menempel
gambar pada karton.
·
Belajar
'menjahit' dengan tali rafia.
·
Menggambar/menulis
garis lurus, bulatan,segi empat, huruf dan angka.
·
Menghitung
lebih dari 2 atau 3 angka.
·
Menggambar
dengan jari, memakai cat,
·
Mengenal
campuran warna dengan cat air,
·
Mengenal
bentuk dengan menempel potongan bentuk.
|
48-60
bulan
|
·
Lomba
karung
·
Main
engklek
·
Melompat
tali.
|
·
Mengenal
konsep "separuh atau satu"
·
Menggambar
dan atau melengkapi gambar,
·
Menghitung
benda-benda kecil dan mencocokkan dengan angka.
·
Menggunting
kertas (sudah dilipat) dengan gunting tumpul,
·
Membandingkan
besar/kecil, banyak/sedikit, berat/ringan.
·
Belajar
'percobaan ilmiah'
·
Berkebun.
|
b) Kemampuan Bicara dan
Bahasa
Bertambahnya kematangan otak
dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi dunia sekelilingnya dan
sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif anak. Sejumlah
kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan masukan dari
mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di
otak, menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya.
Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara anak karena sistem
otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak memproses
sebagai bahasa.
Anak mulai pandai berbicara, sejalan
dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya anak mulai berbicara sendiri,
kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa harus
mengucapkannya. Dalam hal ini anak telah menginternalisasikan pembicaraan yang
egocentris dalam bentuk berbicara sendiri menjadi pemikiran anak. Hal ini
merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih berkomunikasi secara
sosial.
Usia
|
Kemampuan
Bicara dan Bahasa
|
12-15
bulan
|
·
Membuat
suara dari dari barang2 yang dipilihnya,
·
Menyebut
nama bagian tubuh,
·
Melakukan
pembicaraan.,
|
15-18
bulan
|
·
Bercerita
tentang gambar di buku/majalah,
·
Permainan
telepon-teleponan,
·
Menyebut
berbagai nama barang.
|
18-24
bulan
|
·
Melihat
acara televisi,
·
Mengerjakan
perintah sederhana,
·
Bercerita
tentang apa yang dilihatnya.
|
24-36
bulan
|
·
Menyebut
nama lengkap anak,
·
Bercerita
tentang diri anak,
·
Menyebut
berbagi jenis pakaian.
·
Menyatakan
keadaan suatu benda.
|
36-48
bulan
|
·
Berbicara
dengan anak,
·
Bercerita
mengenai dirinya,
·
Bercerita
melalui album foto,
·
Mengenal
huruf besar menurut alfabet di koran/majalah.
|
48-60
bulan
|
·
Belajar
mengingat-ingat,
·
Mengenal
huruf dan simbol,
·
Mengenal
angka,
·
Membaca
majalah,
·
Mengenal musim,
·
Mengumpulkan
foto kegiatan keluarga,
·
Mengenal
dan mencintai buku,
·
Melengkapi
dan menyelesaikan kalimat,
·
Menceritakan
masa kecil anak,
·
Membantu
pekerjaan di dapur.
|
c) Kemampuan
Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi yang sudah
diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai berkembang. Dalam hal ini
hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak
keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada perawatan,
berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian
disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini
sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan teman sebayanya, melalui bermain,
meski interaksi yang dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial, namun
sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu
sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk konstruktif, permainan
pura-pura, permainan sensori motorik, permainan sosial atau melibatkan orang
lain, games atau berkompetisi.
Usia
|
Kemampuan
Bersosialisasi dan Kemandirian
|
12-15
bulan
|
·
Menirukan
pekerjaan rumah tangga,
·
Melepas
pakaian,
·
Makan
sendiri,
·
Merawat
mainan,
·
Pergi ke
tempat-tempat umum.
|
15-18
bulan
|
·
Belajar
memeluk dan mencium,
·
Membereskan
mainan/membantu kegiatan di rumah,
·
Bermain
dengan teman sebaya,
·
Permainan
baru,
·
Bermain
petak umpet.
|
18-24
bulan
|
·
Mengancingkan
kancing baju,
·
Permainan
yang memerlukan interkasi dengan teman bermain.
·
Membuat
rumah-rumahan,
·
Berpakaian,
·
Memisahkan
diri dengan anak.
|
24-36
bulan
|
·
Melatih
buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi.
·
Berdandan/memilih
pakaian sendiri.
·
Berpakaian
sendiri.
|
36-48
bulan
|
·
Mengancingkan
kancing tarik,
·
Makan
pakai sendok garpu,
·
Membantu
memasak,
·
Mencuci
tangan dan kaki,
·
Mengenal
aturan/batasan.
|
48-60
bulan
|
·
Membentuk
kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi temannya tanpa ditemani.
·
Membuat
atau menempel foto keluarga,
·
Membuat
mainan/boneka dari kertas.
·
Menggambar
orang,
·
Mengikuti
aturan permainan/petunjuk,
·
Bermain
kreatif dengan teman-temannya,
·
Bermain
'berjualan dan berbelanja di toko"
|
3. Masa Anak Pra Sekolah (usia 60-72 bulan atau 5-6
tahun);
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung
dengan stabil, aktivitas jasmani semakin bertambah dan meiningkatnya
keterampilan dan proses berpikir. Anak mulai menunjukkan keinginannya seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, anak mulai diperkenalkan
dengan lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah, sehingga anak mulai
senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman bahkan anak banyak keluarga
menghabiskan waktunya bermain di luar rumah, seperti bermain di taman atau ke
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bermain anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk
sekolah, oleh karenanya panca indera dan sistim reseptor penerima rangsangan
serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.
Proses belajar yang tepat bagi usia ini adalah dengan cara bermain.
Kemampuan yang dimiliki pada anak pra
sekolah adalah sbb:
Kemampuan
|
Keterangan
|
Gerak
kasar
|
·
bermain
bola dengan teman sebayanya
·
naik
sepeda, bermain sepatu roda.
|
Gerak
halus
|
·
mengerti
urutan kegiatan,
·
berlatih
mengingat-ingat,
·
membuat
sesuatu dari tanah liat/lilin,
·
bermain
"berjualan",
·
belajar
bertukang, memakai pali, gergaji dan paku,
·
mengumpulkan
benda-benda,
·
belajar
memasak,
·
mengenal
kalender
·
mengenal
waktu,
·
menggambar
dari berbagai sudut pandang,
·
belajar
mengukur.
|
Bicara dan
bahasa
|
·
mengenal
benda yang serupa dan berbeda,
·
bermain
tebak-tebakan,
·
berlatih mengingat-ingat,
·
menjawab
pertanyaan "mengapa ?"
·
menganal
rambut/tanda lalu lintas,
·
mengenal
uang logam,
·
mengamati/meneliti
keadaan sekitar.
|
Bersosialisasi
dan kemandirian.
|
·
Berkomunikasi
dengan anak,
·
Berteman
dan bergaul,
·
Mematuhi
peraturan keluarga
|
E. KECERDASAN JAMAK
Kemampuan anak balita dapat bekembang
optimal apabila anak mampu mengembangkan kecerdasan jamak . Maksud kecerdasan
disini tidak terbatas pada kemampuan anak yang terkait dengan kepandaian dengan
prestasi akademik namun mencakup kemampuan lain yang terkait dengan semua
bagian otak manusia. Hal ini dapat diwujudkan melalui kemampuan anak dalam
berbicara, bermain dengan hitung-hitungan, berimajinasi dengan warna dan bentuk,
mengekspresikan diri melalui gerakan, menangkap bunyi dan mengekspresikannya,
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, kemampuan mengolah perasaan atau
bnerkesenian, kemampuan mencintai alam dan lingkungan lebih luas lagi, seperti
pada pemahaman alam semesta. Menurut Howard Gardner (2002), kecerdasan jamak
dapat diuraikan menjadi 9 kecerdasan, yaitu:
1.
Kecerdasan Bahasa (verbal-linguistik)
Kecerdasan bahasa atau verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata,
baik lisan maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya. Anak-anak yang
memiliki kecerdasan bahasa menyukai kegiatan bermain yang memfasilitasi
kebutuhan mereka untuk berbicara, bernegosiasi dan mengekspresikan perasaan.
Anak yang cerdas dalam bahasa juga memiliki ketrampilan menyimak yang baik, dan
memiliki minat terhadap buku.
Cara belajar terbaik bagi mereka yang memiliki kecerdasan verba-linguistik
adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik
memotivasi mereka adalah dengan mengajak berbicara, menyediakan banyak waktu,
rekaman, serta member peluang untuk menulis.
Pengasuh perlu menyediakan peralatan membuat tulisan, menyediakan tape
recorder, sering mendongeng dan melakukan Tanya jawab. Menurut Gardner
kecerdasan linguistic terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan.
2.
Kecerdasan Logiko-Matematik
Kecerdasan Logiko-Matematik berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan
atau kemahiran menggunakan logika. Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam
kecerdasan ini tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan
strategi coba-ralat. Mereka suka bermain yang berkaitan dengan berpikir logis
seperti mencari jejak (maze), menghitung benda-benda,
timbang-menimbang dan permainan strategi.
Kecerdasan logiko-matematika terletak di otak depan sebelah kiri dan
parietal kanan. Kecerdasan ini dilambangkan dengan terutama dengan angka-angka
dan lambang matematika lain.
Pengasuh dapat menstimulasi anak dengan memberikan materi-materi konkrit
yang dapat dijadikan bahan percobaan, seperti permainan mencampur warna,
permainan aduk-garam, aduk-pasir, dan melalui interaksi positif yang mampu
memuaskan rasa ingin tahu anak. Menurut Gardner kecerdasan logiko-matematika
terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan.
3.
Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, dan
ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain
seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, dan patung.
Anak yang memiliki kecerdasan visual-spasial memiliki kepekaan terhadap
warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan, suka mencoret-coret,
membentuk gambar, mewarnai dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan
balok-balok. Anak yang cerdas dalam visual-spasial dapat mempergunakan apapun
untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya.
Pengasuh dapat merangsang kecerdasan ini melalui berbagai program seperti
melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap dan menyusun potongan
gambar. Perlu disediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak
mengembangkan daya imajinasi mereka seperti permainan konstruktif, balok-balok
bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna,
alat-alat dekoratif dan berbagai buku gambar. Menurut Gardner kecerdasan
visual-spasial mempunyai lokasi di otak bagian belakang hemisfer kanan.
4.
Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak
seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan
mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kemampuan ini
meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang,
sentuhan dan tekstur.
Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan
fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah), cenderung suka bergerak, tidak bisa
duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka meniru gerak atau
tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya dan senang beraktivitas yang
mengandalkan kekuatan gerak seperti memanjat, berlari, melompat dan berguling.
Pengasuh dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan
memberi kesempatan pada mereka untuk bergerak. Penyediaan kondisi belajar harus
dirancang supaya anak dapat leluasa bergerak dan memberi peluang untuk
mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Dapat dilakukan di luar ruangan
seperti meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap dan lari jangka
pendek. Kecerdasan gerak kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak
kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks.
5.
Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-bunyi,
membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau
suara-suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada
irama, melodi, dan warna suara.
Anak yang cerdas dalam musikal cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan
bersemangat ketika kepadanya diperkenalkan lagu. Anak-anak yang memiliki
kecerdasan musical suka menyanyi, bersenandung atau bersiul. Hampir semua anak
memiliki kecerdasan ini.
Pengasuh perlu memfasilitasi anak agar dapat berekspresi musikal melalui
salam berirama, deklamasi, menyanyi bersama, tepuk bernada, dan bila mungkin
dengan orkesrta kaleng bekas. Jika mendapat stimulasi yang tepat, kemampuan
music anak akan terasah dan berkembang. Kecerdasan musical merupakan kecerdasan
yang tumbuh paling awal dan mampu bertahan hingga usia tua. Kecerdasan ini mempunyai
lokasi di otak kanan.
6.
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja
sama dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni
kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang
menuju ke tujuan suatu tujuan bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran
orang lain, kemampuan berteman atau menjalin kontak.
Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung mudah memahami
perasaan orang lain, mereka sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya.
Mereka pandai mengorganisasi teman-teman dan pandai mengkomunikasikan
keinginannya pada orang lain. Mereka mempunyai banyak teman, mudah
bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan kelompok.
Pengasuh perlu memfasilitasi kecerdasan interpersonal ini melalui pemberian
kesempatan untuk berteman/bersosialisasi dan menjadi pemimpin di kelompoknya
atau diantara teman-temannya. Kecerdasan ini terletak terutama pada hemisfer
kanan dan sistem limbik, dan kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan
atau ikatan kasih sayang selama masa kritis tiga tahun pertama, dan oleh
interaksi social.
7.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri
seseorang, seperti: perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan
ragam emosi, menandainya, menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah
laku sendiri.
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik terlihat lebih mandiri,
memiliki kemauan keras, penuh percaya diri, memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Awal masa anak-anak merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan
intrapersonal. Mereka yang memperoleh kasih sayang, pengakuan, dorongan, dan
tokoh panutan cenderung mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu
membentuk citra diri sejati.
Pengasuh perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak. Perlu
dikembangkan model-model permainan yang memperkenalkan berbagai emosi dan
perasaan, serta identifikasi diri yang sebenarnya. Kecerdasan intrapersonal
mempunyai tempat di otak bagian depan. Kerusakan otak bagian ini kemungkinan
akan menyebabkan orang mudah tersinggung, sementara kerusakan di bagian lebih
atas kemungkinan besar akan menyebabkan sikap acuh tak acuh, enggan, lesu,
lamban, apatis. Anak autis adalah salah satu contoh anak yang cacat dalam
kecerdasan intrapersonal.
8.
Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan
mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya, berkaitan pula dengan
kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang dan tumbuhan. Kecerdasan
ini ditandai dengan kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam, seperti daun-daunan, awan,
batu-batuan.
Anak yang memiliki kecerdasan naturalis cenderung menyukai alam terbuka,
akrab dengan hewan peliharaan. Mereka memiliki keingintahuan yang besar tentang
seluk-beluk hewan dan tumbuhan (Armstrong, 2002).
Pengasuh dapat menyediakan kondisi dengan cara mengajak anak-anak untuk
menikmati dan mengamati alam terbuka, menyediakan materi-materi seperti:
membiasakan menyiram tanaman, menanam biji-bijian dan mengamati pertumbuhannya,
menciptakan permainan dan program pembelajaran yang berkaitan dengan
unsur-unsur alam seperti: membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga-bungaan,
mengamati perbedaan tekstur pasir, tanah, kerikil, biji-bijian dan menirukan
karakteristik binatang. Pengasuh dapat pula menyediakan buku-buku yang memuat
seluk-beluk hewan, alam, dan tumbuhan dengan gambar-gambar yang menarik.
Melakukan kegiatan eksperimen, investigasi, menemukan fenomena alam, pola cuaca
dan lain-lain. Kecerdasan naturalis berada di wilayah-wilayah parietal kiri,
berkaitan juga dengan wilayah otak yang peka terhadap sensori persepsi dan otak
bagian kiri.
9.
Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna
kematian, nasib dunia jasmani maupun rohani dan dengan makna pengalaman
mendalam seperti cinta atau kesenian. Juga berkaitan dengan kemampuan
merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir yang menyangkut hal-hal yang besar.
Anak yang memiliki kelebihan kecerdasan eksistensial cenderung memiliki
kesadaran akan hakikat sesuatu. Banyak pertanyaan muncul dari mereka mengenai
berbagai hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh anak lain sebayanya.
Stimulasi untuk kecerdasan ini mungkin tidak mudah dilakukan oleh pengasuh,
tetapi pengasuh dapat memberikan tugas untuk merenungkan sesuatu yang ada di
sekitar anak, bercerita yang diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menggugah kesadaran, seperti: "Bagaimana jika tidak mempunyai Ibu"?
"Bagaimana jika tidak ada air"? dan lain sebagainya
F.
Kebutuhan Anak Balita
Setiap anak yang dilahirkan membawa
sejumlah potensi. Potensi tersebut akan dapat berkembang secara optimal apabila
dikembangkan sejak dini melalui pemenuhan kebutuhan kesehatan, gizi yang
memadai, layanan pengasuhan yang tepat.
Upaya pembinaan tumbuh kembang anak
dirahkan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional dan sosial
anak. Upaya tersebut dilakukan sedini mungkin sejak di dalam kandungan dengan
perhatian khusus pada bayi dan anak balita yang merupakan masa kritis dan masa
emas bagi kelangsungan tumbuh kembang anak.
Secara umum kebutuhan anak balita
terbagi pada 2 bagian yaitu (1) kebutuhan fisik seperti kebutuhan untuk hidup:
fisiologis, makan, minum, dan istirahat. (2) kebutuhan psikologis yaitu rasa
aman, nyaman, disayang, serta diperhatikan, sehingga anak tumbuh percaya diri
dan bangga akan kemampuan dirinya. (3) perlakuan yang salah (4) tindakan yang
dapat dilakukan. (5)
1. Kebutuhan Fisik Anak
Balita
Kebutuhan fisik anak balita menurut rentang usia dapat dilihat dari matriks
berikut ini:
NO
|
SIKLUS/
USIA ANAK
|
KEBUTUHAN ESSENSIAL
|
JENIS LAYANAN
|
1
|
Janin
dalam kandungan sampai lahir
|
·
Asupan
gizi seimbang
|
·
Pemberian
makanan bergizi seimbang
·
Suplementasi
gizi mikro
|
·
Janin
tumbuh kembang secara normal
|
|
Stimulasi
janin dalam kandungan
|
Penyuluhan
tentang konsep diri ibu hamil
|
·
Pencegahan
dan pengobatan penyakit
|
·
Imunisasi
TT
·
Pencegahan
penyakit menular lainnya
·
Pengobatan
|
|
|
5. Asuhan
bayi baru lahir
|
1.Pencatatan
berat dan panjang lahir.
2.
Manajemen terpadu bayi muda (MTBM) a.l:
·
Pemeriksaan
kesehatan
·
Penanganan
penyakit
·
Injeksi
vitamin K1
·
Pemberian
salep mata
·
Perawatan
tali pusar
- Menjaga
bayi tetap hangat
|
2
|
Bayi 0-28
hari
|
1.Asupan
gizi seimbang
|
·
Inisiasi
menyusui dini
·
Pemberian
ASI ekslusif
·
Pemberian
makanan bergizi seimbang bagi ibu
·
Suplementasi
gizi mikro bagi ibu
|
2. Asuhan
bayi baru lahir
|
·
Pencatatan
berat dan panjang lahir
·
Manajemen
terpadu bayi muda (MTBM) yang mencakup antara lain:
o
Pemeriksaan
kesehatan
o
Penanganan
penyakit
o
Injeksi
vitamin K1
o
Pemberian
salep mata
o
Perawatan
tali pusar
o
Menjaga
bayi tetap hangat
|
3.Pencegahan
penyakit
|
Pemberian
Imunisasi
|
4.Tumbuh
kembang normal
|
Stimulasi tumbuh
kembang
|
5. Akte
kelahiran
|
Pencatatan
kelahiran & penerbitan akte kelahiran
|
3
|
Bayi 1 –
24 bulan
|
1. Asupan
gizi seimbang
|
Pemberian
ASI ekslusif untuk bayi usia 1-6 bulan
|
Pemberian
makanan bergizi dan Suplementasi gizi makro kepada ibu
|
Pemberian
ASI untuk usia 6-24 bulan
|
Pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan
|
Pemberian
makanan keluarga bergizi seimbang untuk anak usia 1 tahun keatas
|
Pemberian
zat gizi mikro mulai usia 6 bulan
|
|
|
2. Tumbuh
kembang normal
|
Penimbangan
setiap bulan
|
Stimulasi
dini
|
Penyuluhan
stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya
|
Deteksi
dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)
|
1. Pencegahan
dan pengobatan penyakit
|
Imunisasi
lengkap sebelum usia 1 tahun
|
Manajemen
terpadu balita sakit (MTBS)
|
Perawatan
balita gizi buruk
|
Pencegahan
penyakit menular.
|
4
|
Anak 2-6
tahun
|
·
Asupan
gizi seimbang
|
Pemberian
makanan dengan gizi seimbang (family food)
|
Fortifikasi
/suplementasi zat gizi mikro sampai usia 5 tahun
|
·
Tumbuh
kembang normal
|
Penimbangan
balita setiap bulan sampai usia 5 tahun
|
Stimulasi
dini
|
Penyuluhan
stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya
|
Deteksi
dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)
|
·
Pencegahan
dan pengobatan penyakit
|
Imunisasi booster
|
Manajemen
terpadu balita sakit (MTBS)
|
Perawatan
balita gizi buruk
|
Pencegahan
penyakit menular lainnya
|
·
Pengembangan
kecerdasan jamak:
o
Verbal/bahasa
o
Matematik/logika
o
Spasial
o
Kinestetik
o
Musik
o
Interpersonal
o
Intrapersonal
o
Naturalis
o
Spiritual
|
Pendidikan
dini melalui pemberian rangsangan pendidikan sesuai tahap perkembangan dan
potensi anak mencakup:
·
Pengembangan
sensori motor,
·
Pengembangan
main peran,
·
pengembangan
main pembangunan.
·
Bimbingan
keagamaan sesuai sesuai usia anak.
-
Bimbingan belajar sambil bermain bagi anak usia 3 – 4 tahun untuk memenuhi
hak anak atas pendidikan.
|
|
Janin
sampai 6 tahun yang mempunyai kebutuhan khusus
|
·
Penerimaan
dan kasih sayang
·
Pemeliharaan
dan perawatan.
·
Asuhan,
bimbingan, didikan dan pembinaan
-
perlindungan
|
Pemeliharaan,
perawatan, bimbingan, pendidikan, pembinaan dan perlindungan
Sesuai kebutuhan khususnya
|
2. Kebutuhan Psikologis
Anak Balita
Kebutuhan psikososial anak balita, yang
dapat dilakukan orang tua atau pengasuh dapat mempengaruhi optimalisasi tumbuh
kembang anak balita. Perilaku orang tua atau orang dewasa lainnya yang perlu
diperhatikan, yakni:
a) Akrab
Sejak anak masih dalam kandungan, orang tua harus menjalin akrab dengan
anak, demikian halnya setelah anak mencapai balita, pengasuh atau pembimbing
harus menjalin akrab dengan anak. Keakraban ini penting untuk memberikan rasa
nyaman dan aman yang diperlukan anak untuk mengeksplorasikan lingkungannya.
Tanpa rasa nyaman dan aman, anak akan menarik diri dari dunianya. Anak menjadi
tidak terbuka dengan pengalaman dan kesempatan-kesempatan belajar, dimana hal
ini akan dibawanya sampai meninggal.
b) Disiplin
Disiplin tidak ada hubungan dengan
hukuman dan aturan yang kaku. Disiplin lebih terkait dengan kebiasaan hidup
teratur dan kebiasaan ini harus dimulai dari orang tua. Anak menyukai
keteraturan dan rutinitas dan ini penting untuk membentuk pola kebiasaan,
termasuk kedisiplinan. Kebiasaan hidup teratur dapat dilakuak melaui; kebiasaan
mengembalikan barang ke tempatnya semula, membereskan mainan, merapikan meja setelah
dipergunakan dsb.
c) Hindari Kekerasan.
Marah kepada anak tanpa alasan yang
dapat dipahami oleh anak sudah merupakan salah satu bentuik kekerasan.
Menghukum baik fisik maupun mental termasuk memukul, mendiamkan anak, memasang
muka cemberut, hanya akan membuat anak kehilangan percaya diri dan lebih jauh
lagi anak akan kehilangan harga diri.
d) Toleransi
Bertoleransi terhadap kesalahan anak,
bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan yang dilakukan anak sering kali hanya
karena perbedaan pandang kita sebagai orang tua atau orang dewasa dengan cara
pandang anak. Menghargai perbedaan perlu dikenalkan pada saat anak mulai dapat
berbicara dan bermain dengan teman sebayanya. Konflik yang sering terjadi
karena kita tidak bisa menghargai perbedaan. Hal terkecil tetapi penting untuk
dilakukan orangtua adalah mendengarkan dan menghargai pendapat anak.
e) Menjadi Motivator.
Anak tidak sekedar mencontoh dan anak
tidak hanya membutuhkan keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering
lebih penting daripada ajakan. Terlebih pada usia setahun, saat anak memerlukan
kemampuan untuk mengontrol dirinya, motivasi berperan penting agar kelak tidak
menjadi anak yang pemalu atau peragu. Dorongan orang tua akan muncul dengan
sendirinya jika orangtua atau pengasuh sering mendampingi atau memfasilitasi
kegiatan bermain anak. Tentu saja dorongan untuk mendikte yang sering muncul
tanpa kita sadari harus benar-benar kita hindari.
G. Perlakuan Salah yang Sering Ditemukan
Dalam memperlakuan anak balita, sering
tidak disadari pengasuh atau orang tua, melakukan kesalahan dalam memperlakukan
anak balita. Kesalahan perlakuan yang sering ditemukan meliputi:
1.
Selalu Mencari Aman.
Melarang anak dan mengatakan "JANGAN" kepada anak merupakan
perwujudan keinginan orang tua. Larangan hanya akan membuat anak nekad
melakukan kesalahan dan kesalahan yang lebih besar lagi dikemudian hari.
Informasi yang tepat berguna bagi anak daripada melarang anak untuk melakukan
sesuatu.
2.
Mengambil Alih Tugas Anak.
Ketidaksabaran dan keinginan untuk selalu mencari aman membuat orangtua
tidak pernah memberikan tugas kepada anak dan bahkan mengambil alih tugas anak
yang diberikan oleh gurunya atau orang lain. Keinginan oprang tua untuk
menunjukkan bahwa anak tidak mengenal dan bahkan lari dari tanggung jawab. Anak
tidak dapat dan tidak terbiasa menyelesaikan tugas, disamping anak juga tidak
berkesempatan untuk mandiri.
3.
Terlalu Berharap.
Adalah keinginan orang tua semata agar anaknya hafal nama-nama kepala
negara seluiruh dunia pada usia 2 tahun atau pula anaknya menjadi rangking
pertama di sekolahnya. Lebih parah lagi cukup banyak orang tua yang mendiktekan
masa depan anak karena dirinya gagal mencapai cita-cita. Harapan yang
berlebihan tidak hanya membuat anak tertekan tetapi juga akan menghantam balik
akibatnya pada orang tua.
4.
Menyerahkan Kepada Orang Lain.
Kurangnya berkomunikasi dengan anak diperburuk dengan mudahnya orang tua
menyerahkan begitu saja pengasuhan dan pendidikan anak kepada pengasuh, guru
atau orang lain. Meski alasan ekonomi sering melatarbelakangi hal ini, namun
kepedulian orang tua pada anak harus menjadi prioritas. Ketidakpedulian
orangtua terhadap aktivitas sehari-hari anak dapat mengejutkan orang tua pada
saat anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan orang tua.
5.
Memberi Contoh Salah
Banyak orang tua yang tidak sadar akan perbuatan atau kebiasaan yang tidak
baik seperti merokok, mabuk dan berbohong. Sering pula orangtua tidak sadar
mengajarkan berbohong atau perilaku tidak baik lainnya kepada anak. Orang tua
sebagai model atas perbuatan dan kebiasaan yang akan ditiru anak.
6.
Melakukan Kekerasan
Kesalahan yang semuanya bersumber dari kesalahan orangtua, cepat atau
lambat akan dilakukan anak tanpa sengaja. Ujungnya bukan orangtua introspeksi
diri, bahkan sebaliknya yang dilakukan orangtua. Mulai dari memasang muka
masam, menimpakan kesalahan kepada anak sampai kepada kekerasan fisik dilakukan
orang tua bahkan sampai menghilangkan nyawa anak.
H. Tindakan yang Dapat Dilakukan
Untuk menghindari kesalahan dari perlakuan orang tua atau pengasuh maka
beberapa tindakan berikut ini, perlu dilakukan ;
1. Perlakukan Anak
sebagai Anak
Banyak orang tua atau pengasuh melihat dan memperlakukan anak sebagai orang
dewasa kecil, bukan sebagai seseorang yang sedang tumbuh dan berkembang untuk
kemudian menjadi dewasa. Karena itu orang tua atau pengasuh jangan beranggapan
bahwa anak dapat berpikir dan bertindak seperti orang dewasa. Anak suka
mengulang-ulang kegiatannya, memusatkan perhatian untuk waktu yang pendek, suka
melakukan percobaan dan banyak kegiatan lain yang menurut pandangan orang
dewasa sebagai kegiatan yang tidak bermanfaat dan membosankan.
2. Penuhi Kebutuhan Anak
Anak memiliki banyak kebutuhan, mulai dari kebutuhan makanan dengan gizi
yang berimbang, lingkungan yang sehat dan aman, rasa aman, kondisi kesehatan
yang prima, perasaan "diterima", kebutuhan unuk mengembangkan potensi
diri, pengakuan atas harga diri mereka. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan
anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Memenuhi
kebutuhan anak tidak sama dengan memanjakan anak.
3. Beri Anak Kesempatan
Menerima anak sebagaimana ia adanya bukan hal yang mudah. Rasa takut
"kehilangan" anak yang selama ini menggantungkan hidupnya kepada kita
merupakan cara dari ketidakmauan orang tua atau pengasuh untuk memberi
kesempatan kepada anak mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Beri
kesempatan anak untuk mandiri, kesempatan untuk melakukan beragam kegiatan yang
diperlukan dalam mengembangkan seluruh potensinya sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Orang tua atau pengasuh adalah fasilitator, pendidik,
pelindung dan juga pengawas.
4. Bimbing Anak Untuk
Membawa Diri
Selama hidupnya manusia selalu berhubungan dengan orang lain. Demikian
halnya anak, pertama-tama akan menjalin hubungan dengan orang tua dan anggota
keluarga lainnya, kemudian dengan tetangga, saudara, teman sebaya dan
selanjutnya akan semakin memperluas pergaulan. Dalam pergaulan dimanan pun
berada, selalu ada aturan atau etika serta sopan santun. Dengan memahmi etiket
pergaulan akan memupuk kemampuan membawa diri dan menuntunnya kelak menjadi
manusia yang sukses. Oleh karenanya, ajarkan bagaimana anak harus bersikap
kepada orang lain, tata cara bersalaman, memberi salam saat bertemu serta
beragam etika kesopanan lainnya sejak dini yang dapat dilakukan mulai dari
dalam keluarga.
5. Tumbuhkan Rasa Percaya
Diri Anak
Berikan rasa "mampu" kepada anak dengan cara memberikan pujian
sewajarnya setiap kali anak dapat menyelesaikan sesuatu, betapa pun kecilnya.
Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri anak yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap perilakunya kelak, disamping juga berpengaruh terhadap
prestasi dan kemampuan mereka untuk berkompetisi.
Anak sangat sulit untuk memahami dirinya, namun bukan berarti anak tidak
dapat memahami dirinya sendiri. Konsep menemukan dirinya sendiri merupakan kesadaran
atas keberadaan diri anak di lingkungannya sehingga akan menumbuhkan rasa
"diterima" oleh lingkungannya. Perasaan ini akan mengembangkan harga
diri anak yang diperlukan sebagai kontrol diri atas segala perilaku dan
ucapannya. Cara membimbingnya dilakukan dengan cara memberikan tugas atau
kewajiban sebagai anggota keluarga, sesuai dengan kemampuannya.
6. Tanamkan Sikap Jujur
Kejujuran ibarat mata uang yang berlaku dimana saja dan kapanpun juga.
Membohongi anak sama buruknya berbohong kepada orang lain di depan anak. Jangan
pula terburu-buru memberi capl "pembohong" kepada anak saat
menceritakan imajinasinya. Anak balita belum bisa membedakan antara imajinasi
dengan kenyataan.
7. Jadilah Teladan
Mulailah tindakan dengan memberikan keteladanan. Anak merupakan peniru yang
paling ulung. Segala yang dilihat, didengar dan dirasakan akan dapat ditirukan
dengan tepat. Jangan lakukan apapun yang orang tua tidak ingin hal tersebut
dilakukan oleh anak. Menjadi teladan bukan berarti menjadikan anak pengekor
kita.
I.
Gangguan yang Sering Ditemukan
Terdapat beberapa gangguan yang sering
ditemukan pada anak dan perlu diketahui orang tua atau pengaush sehingga dapat
dilakukan tindakan penanganan dengan segera. Gangguan yang sering ditemukan
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbicara merupakan indikator seluruh perkembangan anak, karena
kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem
lainnya. Hal ini akan melibatkan aspek kognitif, motorik, psikologis, emosi dan
lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan
bicara dan berbahasa bahkan dampaknya akan menetap.
2. Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dari postur tubuh yang tidak progresif, yang
disebabkan suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan
syaraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertuimbuhannya.
3. Down Syndrom
Anak dengan Down Syndrom adalah individu yang tidak
dapat dikenaL dari fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang
terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih
lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor penting seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang
berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik dan keterlambatan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek
Atau disebut
sebagai short stature merupakan suatu terminologi mengenai
tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2SD pada kurva pertumbuhan
yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat
karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
karena kelainan endokrin.
5. Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul
sebelum anak usia 3 tahun. Pervasif berati meliputi seluruh aspek perkembangan
sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat yang mempengaruhi anak secara
mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat intelegensi yang
rendah (IQ <70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal .
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hyperaktivitas (GPPH)
GPPH disebut juga sebagai Attention Dificultty Hyperactivity
Disorder (ADHD). Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian dan seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryunani anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan.
Jakarta: TIM
Nursalam, DKK. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medica